Seseorang yang beribadah ikhlas karena Allah
dan tidak mengharap balasan dunia semata, maka Allah akan menundukkan dunia
padanya Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Barangsiapa
yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan
kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai,
dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya.
Barangsiapa yang niatnya
adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah
merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh
kecuali yang telah ditetapkan baginya. "(HR. Tirmidzi no. 2465. shahih) Baca
pembahasan "Amat disayangkan , Banyak Sedekah Hanya untuk Mengharap Dunia
"
Alhamdullillahilladzi hamdan
katsiron Thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli 'ala nabiyyina Muhammad wa' ala aalihi wa
shohbihi wa sallam.
Itulah
yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. Mereka memang gemar melakukan puasa
sunnah (yaitu puasa Senin-Kamis dan lainnya), namun semata-mata hanya untuk
menyehatkan badan sebagaimana saran dari beberapa kalangan.Ada juga yang gemar
sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlancar rizki dan karir. Begitu pula ada yang rajin bangun di
tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu
praktek yang baik. Tetapi niat di
dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan
tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau
memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana
disebutkan dalam ayat berikut.
Dengan
Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi
Allah
Ta'ala berfirman,
من
كان يريد الحياة الدنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها وهم فيها لا يبخسون (15)
أولئك الذين ليس لهم في الآخرة إلا النار وحبط ما صنعوا فيها وباطل ما كانوا
يعملون (16)
" Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. "(QS. Hud [11]: 15-16)
Yang
dimaksud dengan " Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia "yaitu
barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.
Yang
dimaksud " perhiasan dunia "adalah harta dan anak.
Mereka
yang beramal seperti ini: " niscaya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
akan dirugikan " . Maksudnya adalah mereka akan diberikan
dunia yang mereka inginkan. Ini
semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan
membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah yubkhosuun , yaitu dunia yang diberikan kepada
mereka tidak akan dikurangi. Ini
berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya (sempurna).
Dunia,
mungkin saja mereka peroleh. Dengan
banyak melakukan amalan sholeh, bisa jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki
semakin lancar dan karir terus meningkat. Dan
itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal
tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun
apa yang mereka peroleh di akhirat?
Lihatlah
firman Allah selanjutnya (yang artinya), " Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka ". Inilah akibat orang yang hanya
beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka
memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan
memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. Ingatlah, balasan akhirat hanya akan
diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah
Ta'ala berfirman,
ومن
أراد الآخرة وسعى لها سعيها وهو مؤمن فأولئك كان سعيهم مشكورا
" Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik. "(QS. Al Israa ': 19)
Orang-orang
seperti ini juga dikatakan: " lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan
" . Ini semua dikarenakan mereka dulu di
dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di
akhirat, sia-sialah amalan mereka. (Lihat
penjelasan ayat ini di I'aanatul Mustafid , 2/92-93)
Sungguh
betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak
sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan
dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya.
Ibnu
'Abbas-radhiyallahu' anhu-menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau-radhiyallahu 'anhu-mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang riya', mereka hanya ingin memperoleh balasan
kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di
dunia."
Ibnu
'Abbas juga mengatakan, "Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat
atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari
Allah:" Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap)
di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk
orang-orang yang merugi "." Kata yang sama dengan Ibnu 'Abbas ini
juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya.
Qotadah
mengatakan, "Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu
dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan
kepadanya di dunia. Namun ketika
di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan
untuknya. Adapun seorang mukmin
yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia
akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.
"(Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim , tafsir surat Hud ayat 15-16)
Hanya
Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat
Kenapa
seseorang beribadah dan beramal hanya ingin menggapai dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari
dunia, maka dia memang akan diberi. Jika
shalat tahajud, puasa senin-kamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia,
maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat
merugi. Dia tidak akan memperoleh
balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia.
Namun
bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah
Allah? Di akhirat dia akan
memperoleh pahala yang berlipat ganda.
Allah
Ta'ala berfirman,
من
كان يريد حرث الآخرة نزد له في حرثه ومن كان يريد حرث الدنيا نؤته منها وما له في
الآخرة من نصيب
"Barang
siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan
kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagianpun di akhirat." (QS.
Asy Syuraa: 20)
Ibnu
Katsir-rahimahullah-menafsirkan ayat di atas, "Barangsiapa yang mencari
keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu
Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia
harapkan.Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap
kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang
begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. ... Namun jika yang ingin dicapai adalah
dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan
akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang
Allah kehendaki. Dan jika Allah
kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang
dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap
seluruhnya dari dirinya. "
Ats
Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul 'Aliyah, dari Ubay bin
Ka'ab-radhiyallahu' anhu-, beliau mengatakan,
بشر
هذه الأمة بالسناء والرفعة والدين والتمكين في الأرض فمن عمل منهم عمل الآخرة
للدنيا لم يكن له في الآخرة من نصيب
" Umat
ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, posisi, agama dan kekuatan di muka
bumi. Barangsiapa dari umat ini yang
melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak
mendapatkan satu bagian pun .
"(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, Al Hakim dan Al Baiaqi. Al
Hakim mengatakan sanadnya shahih. Syaikh Al Albanimenshahihkan hadits ini dalam Shahih
At Targhib wa At Tarhib )
Ada
pula riwayat dalam Al Baihaqi, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
بشر
هذه الأمة بالتيسير والسناء والرفعة بالدين والتمكين في البلاد والنصر فمن عمل
منهم بعمل الآخرة للدنيا فليس له في الآخرة من نصيب
" Umat
ini diberi kabar gembira dengan fasilitas, posisi dan kemulian dengan agama dan
kekuatan di muka bumi, juga akan diberi pertolongan. Barangsiapa yang melakukan amalan akhirat untuk mencari
dunia, maka dia tidak akan memperoleh satu bagian pun di akhirat. "
Tanda
Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia
Al
Bukhari membawakan hadits dalam Bab " Siapa yang menjaga diri dari fitnah
harta ".
Dari
Abu Hurairah-radhiyallahu 'anhu-, Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam
bersabda,
تعس
عبد الدينار, والدرهم, والقطيفة, والخميصة, إن أعطى رضى, وإن لم يعط لم يرض تعس
وانتكس
" Celakalah
hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka
dan akan kembali binasa. "(HR.
Bukhari). Qothifah adalah sejenis pakaian yang memiliki
beludru. Sedangkankhomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan
memiliki bintik-bintik merah. ( I'aanatul
Mustafid , 2/93 )
Kenapa
dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang disebutkan dalam
hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi, bukan untuk mengharap
wajah Allah. Demikianlah sehingga
mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin
mengharap wajah Allah semata, mereka itulah yang disebut hamba Allah (sejati).
Di
antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin
menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
selanjutnya: " Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridho (murka), dia
akan celaka dan kembali binasa ". Hal ini juga yang dikatakan kepada
orang-orang munafik sebagaimana dalam firman Allah,
ومنهم
من يلمزك في الصدقات فإن أعطوا منها رضوا وإن لم يعطوا منها إذا هم يسخطون
" Dan
di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebagian dari
padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian
dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah . "(QS. At Taubah: 58 )
Itulah
tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia
ridho.Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak kunjung datang, dia akan
murka dan marah. Dalam hatinya
seraya berujar, "Sudah
sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar. "Inilah tanda orang yang selalu
berharap dunia dengan amalan sholehnya.
Adapun
seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun
akan selalu sabar. Karena orang
mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak
menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan
bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia
karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk
senantiasa komitmen dalam praktek mereka, agar selalu timbul rasa harap pada
kehidupan akhirat. Mereka sama
sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka
lakukan di dunia.
Akan
tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa
ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia bisa mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam
hadits dari 'Umar bin Khottob,
قد
كان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يعطينى العطاء فأقول أعطه أفقر إليه منى. حتى أعطانى مرة مالا فقلت أعطه أفقر
إليه منى. فقال رسول الله - صلى
الله عليه وسلم - «خذه وما جاءك من هذا المال وأنت غير مشرف ولا سائل فخذه وما لا
فلا تتبعه نفسك».
" Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku. "Umar lantas mengatakan," Berikan
saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta
tersebut padaku. "Umar pun tetap mengatakan," Berikan
saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam pun bersabda," Ambillah harta tersebut dan harta yang
semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya
engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya
keinginan sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung
padanya . "(HR.
Bukhari dan Muslim).
Sekali
lagi, begitulah orang beriman. Jika
dia diberi nikmat atau pun tidak, praktek sholehnya tidak akan pernah
berkurang.Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap
dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia
ridho. Namun, jika dia tidak
diberi, dia akan murka dan marah. Dia
ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya,
dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia
sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah
sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham
dan hamba pakaian.
Beragamnya
Niat dan Amalan Untuk Menggapai Dunia
Niat
seseorang ketika beramal ada beberapa macam:
[Pertama] Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia
beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan
kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan
satu bagian nikmat pun. Perlu
diketahui pula bahwa praktek semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin meskipun lemah imannya,
dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.
[Kedua] Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk
mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau
mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan
karena keikhlasannya tidak sempurna.
[Ketiga] Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin
mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah
atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang
berjihad lalu mendapatkan harta rampasan, para pengajar dan karyawan yang
mendukung agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak
mengapa mengambil upah tersebut. Hal
ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak
beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak
awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan mendukung agama ini, sedangkan
upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong
dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al
Qoulus Sadiid ,
132-133)
Adapun
amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam:
[Pertama] Praktik yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang melakukan amalan
tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan
bahkan termasuk kesyirikan.
Misalnya:
Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia
berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya
yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini
tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan
melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki.
[Kedua] Praktek yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim dan
berbakti kepada kedua orang tua. Semisal
silaturrahim, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
من
أحب أن يبسط له فى رزقه وينسأ له فى أثره فليصل رحمه
" Barangsiapa
senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali
silaturrahim (hubungan antar kerabat). "(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika
seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan
dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya
telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun,
jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus,
juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia
adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syari'at telah menunjukkan
adanya balasan dunia dalam amalan ini.
Perbedaan
dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia dengan Riya '
Syaikh
Muhammad At Tamimi-rahimahullah-membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid
pada Bab " Termasuk kesyirikan, seseorang
beribadah untuk mencari dunia ". Beliau-rahimahullah-membawakannya
setelah membahas riya ' .Kenapa demikian?
Riya
'dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan
terlihat begitu samar karena tidak nampak di depan orang banyak. Namun, Keduanya termasuk praktek
kepada selain Allah Ta'ala. Ini
berarti keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi (syirik yang samar). Keduanya memiliki peredaan. Riya 'adalah beramal agar dilihat oleh
orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan
beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat,
puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan
balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya.
Tetapi
perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk menemukan
dunia lebih nampak hasilnya dari riya '. Alasannya,
kalau seseorang melakukan amalan dengan riya ', maka jelas dia tidak
mendapatkan apa-apa. Namun, untuk
praktek yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja
termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan Allah Ta'ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik
dalam niat maupun tujuan. Jadi
kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari
sisi yang lain.
Kenapa
Engkau Tidak Ikhlash Saja dalam Beramal?
Sebenarnya
jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah Allah dan
ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia
cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari
dunia dan dunia yang selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia
akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan saja.Ingatlah ini
... !!
Semoga
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua,
من
كانت الآخرة همه جعل الله غناه فى قلبه وجمع له شمله وأتته الدنيا وهى راغمة ومن
كانت الدنيا همه جعل الله فقره بين عينيه وفرق عليه شمله ولم يأته من الدنيا إلا
ما قدر له
"Barangsiapa
yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan
kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai,
dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah
untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa
cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali
yang telah ditetapkan baginya. " (HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul
Ahwadzi , 7/139)
Marilah-saudaraku-,
kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua praktek hanya untuk
menggapai ridho Allah. Janganlah
niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah praktek tersebut pada
Allah, niscaya dunia ini akan engkau raih. Yakinlah
hal ini ...!!
Semoga
Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan
hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.
Alhamdulillahilladzi
bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa
shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa' ala wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Referensi :
1.
Al Qoulus Sadiid Syarh Kitab At Tauhid , Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, Wizarotusy syu'un Al
Islamiyyah wal Awqof wad Da'wah wal Irsyad-Al Mamlakah Al' Arobiyah As Su'udiyah.
2.
I'aanatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid , Sholeh bin Fauzan bin 'Abdillah Al Fauzan.
3.
At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid , Sholeh bin 'Abdul
Aziz Alu Syaikh, Daar At Tauhid.
4.
Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Abul Fida 'Isma'il bin' Umar bin Katsir Al Qurosyi Ad Dimasyqi,
Tahqiq: Saami bin Muhammad Salamah, Dar Thobi'ah Lin Nasyr wat Tauzi '.
5.
Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jaami'it Tirmidzi , Muhammad 'Abdurrahman bin' Abdirrahim Al Mubarakfuriy Abul
'Alaa, Darul Kutub Al' Ilmiyyah, Beirut.
****
Penulis:
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel
http://rumaysho.com